Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya termasuk pada klasifikasi Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan. Sejak tahun 2008, RSUD Kota Tasikmalaya sudah menerapkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Hal tersebut merupakan tanggung jawab dari Sub Bagian SIMRS yang tercantum secara resmi pada struktur organisasi RSUD Kota Tasikmalaya. SIMRS pada RSUD Kota Tasikmalaya sudah didukung oleh Teknologi Informasi (TI) berupa infrastruktur (perangkat komputer, server dan jaringan), sistem aplikasi beserta basis data. Sistem aplikasi yang sudah digunakan terbatas pada lingkup sistem untuk pelayanan kesehatan terhadap pasien, terutama sistem administrasi pembayaran.
Dari hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa sistem aplikasi untuk pelayanan kesehatan terhadap pasien di RSUD Kota Tasikmalaya masih terkendala oleh lambatnya proses Sistem Informasi (SI) yang menyebabkan pasien harus menunggu lama dalam memperoleh layanan. Lamanya proses SI sering menyebabkan pasien harus antri cukup lama dalam memperoleh layanan. Layanan data dari SI juga sering dikeluhkan pasien karena ketidaksesuain dengan tagihan yang dikenakan kepada pasien saat membayar di kasir. Penyebab terjadinya kesalahan dan keterlambatan pemrosesan yang ada pada SI tersebut belum diketahui dengan pasti. Sejauh ini, masalah-masalah tersebut dapat menghambat tujuan dari SIMRS yang digunakan saat ini di RSUD Kota Tasikmalaya.
Pihak RSUD Kota Tasikmalaya terkendala dalam pembuatan rekomendasi pengembangan SI ke depan. Rekomendasi tersebut bersifat penting karena dapat membuat RSUD Kota Tasikmalaya lebih kompetitif dibandingkan dengan institusi kesehatan lainnya. Guna membuat rekomendasi pengembangan SI dibutuhkan pengetahuan mengenai tingkat kematangan SIMRS saat ini di RSUD Kota Tasikmalaya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan audit terhadap SIMRS saat ini di RSUD Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa RSUD Kota Tasikmalaya dituntut untuk melakukan audit SIMRS, terutama pada lingkup sistem pelayanan kesehatan terhadap pasien. Atas dasar itu, solusi yang ditawarkan adalah audit sistem informasi menggunakan framework COBIT 4.1. Alasan dipilihnya framework COBIT 4.1, karena memberikan gambaran paling detil mengenai strategi dan kontrol dalam pengaturan proses teknologi informasi yang mendukung keselarasan strategi bisnis dan tujuan teknologi informasi (Sarno : 2009). Bagi auditor, manfaat COBIT 4.1 adalah membantu dalam mengidentifikasi isu-isu kendali TI dalam infrastruktur TI perusahaan. Hal ini juga membantu auditor dalam memverifikasi temuan audit (Jogiyanto, Abdillah : 2011). Tahap awal dalam melakukan audit SI adalah perencanaan untuk menentukan ruang lingkup (Isa : 2012). Penentuan ruang lingkup audit dilakukan dengan cara mengidentifikasi tujuan strategi RSUD Kota Tasikmalaya melalui implementasi Balanced Scorecard (BSC). Penggunaan BSC dikarenakan dapat mengukur strategi organisasi ke dalam empat perspektif; diantaranya: pelanggan, keuangan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan (Jogiyanto, Abdillah : 2011). Pada penelitian ini, penentuan ruang lingkup audit dilakukan berdasarkan perspektif pelanggan. Hal tersebut berdasarkan atas sistem yang akan diaudit adalah sistem pelayanan kesehatan terhadap pasien, dimana pasien merupakan pelanggan RSUD Kota Tasikmalaya.
Analisa:
Setelah mengetahui masalah dan kekurangan apa saja yang ada pada sistem RSUD Tasikmalaya, maka perlu dilakuakan audit sistem informasi SIMRS dengan menggunakan framework COBIT 4.1. alasan dilakukannya audit SIMRS dan menggunakan COBIT 4.1 ialah karena cakupan untuk permasalahannya cocok dengan frameworknya yang digunakan dan memberikan gambaran detil mengenai strategi dan kontrol dalam pengaturan proses teknologi informasi yang mendukung keselarasan strategi bisnis dan tujuan dari TI. COBIT 4.1 juga membantu auditor dalam mengidentifikasi isu-isu kendali TI dalam infrastuktur TI perusahaan.
Saran:
Pertama-tama sebagai tindak lanjut dari pendefinisian usulan rekomendasi perbaikan, perlu dilakukan pedoman pengawasan dalam bentuk indikator pengukuran. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana proses peningkatan kematangan sudah dilakukan.
Selanjutnya perlu adanya penelitian lain mengenai audit SIMRS menggunakan metode Balanced Scorecard(BSC) dengan perspektif lainnya (keuangan, proses bisnis, pembelajaran dan pertumbuhan) sehingga cakupan audit (proses TI terpilih COBIT 4.1) menjadi lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA: