Apa Itu Cinta?
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat
dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik
yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat
lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang,
membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang
diinginkan objek tersebut.
Contohnya adalah pria/laki-laki yang mencintai
wanita/perempuan. Contoh Bapak Iwan sebagai laki-laki, mencintai Mama Iwan
sebagai perempuan.
Cinta juga berarti menyukai atau suka terhadap suatu
objek baik itu objek nyata, mau pun tidak nyata.
Meskipun cinta bisa dimengerti dari berbagai sudut
pandang, mulai dari kebutuhan kita untuk bertahan hidup, hingga tafsiran para
filsuf, tapi dalam bidang neuroscience, cinta itu terbentuk, karena adanya zat
kimia, yang dalam tanda kutip “membanjiri” otak kita.
Saat sedang menyukai orang lain, sebuah bagian otak
kita yang bernama hypothalamus, aktif memproduksi lebih banyak hormon oxytocin,
yaitu hormon yang membuat perasaan stres berkurang. Serta, selain itu juga,
diproduksi hormon vasopressin, sebuah hormon yang mengatur tekanan darah kita.
Kedua hormon ini kemudian mengalir dalam sirkulasi
otak, dan dalam tanda kutip “merangsang” hypothalamus untuk aktif memproduksi
dopamine, sebuah senyawa, yang dapat membuat pikiran kita tidak bisa lepas dari
orang yang kita suka. Dan yang akhirnya juga membuat seakan dunia hanya milik
berdua saja.
“Tapi kenapa kalo diputusin cinta jadi sedih!?”
Kita menjadi sedih kalau diputusin karena adanya
konflik dalam otak kita. Meski sebuah hubungan telah berakhir, otak kita terus
aktif memproduksi senyawa dopamine, yang membuat kita terus termotivasi untuk
tidak lepas dari orang yang kita sukai.
Di sisi lain, bagian otak kita yang bernama orbital
frontal cortex yang mengatur emosi dan kontrol diri kita, ikut ter-aktifkan,
dan berusaha mengambil kontrol otak kita, untuk melupakannya. Akibatnya,
terjadi konflik di otak kita, dimana di satu sisi, kita ingin melupakan orang
yang kita sukai, tetapi di sisi lain, kita tidak bisa melupakannya, karena
terus adanya motivasi dalam otak kita. Dan tentu saja, itu semua berujung
menjadi kesedihan.
Seperti banyak jenis kekasih, ada banyak jenis cinta.
Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan
kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan.
Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada 'jiwa' atau
pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan,
cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dan lain-lain.
Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan.
Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar
dapat dipertahankan keindahannya
Menariknya, cinta buta, seperti yang sering kita
dengar, adalah hal yang nyata. Saat berbagai zat kimia dalam tanda kutip
“membanjiri” otak kita, jalur neural negatif yang menghubungkan nucleus
accumbens menuju amygdala dalam otak kita, menjadi ter-nonaktifkan. Padahal,
jalur neural inilah yang membuat kita biasanya dapat menilai buruknya sesuatu.
Hal inilah yang membuat kita tidak pernah menilai buruk orang yang kita suka
atau cinta buta.
Sumber :